SEJARAH LAHIRNYA TONA NI RAJA NAI AMBATON
Penulis : Norman Sidabutar
Lahirnya Tona ni Raja Nai Ambaton
&
Gelar Raja Nabolon
Di usia senja, Tuan Sorba Dijulu resah mengenang ke-tidak-harmonis-an hubungan diantara keturunannya akibat polemik kesulungan Tamba Tua dan Bolon Tua. Sementara ia bertekad, sebelum wafat harus dapat menyatukan seluruh keturunannya.
Dalam perasaan tak menentu, Tuan Sorba Dijulu berpikir keras bagaimana cara menyatukan seluruh keturunanya hingga dapat rukun kembali, lalu bertukar pikiran dengan Pinta Haomasan. Pinta Haomasan menyarankan agar Tuan Sorba Dijulu mengundang Tamba Tua dari Huta Sibabiat dan tiga adiknya dari kampung halaman masing-masing. Tuan Sorba Dijulu berpikir keras lalu menjawab Pinta Haomasan; “ragu Tamba Tua dan tiga adiknya bersedia berkumpul di Lumban Hariara”.
Menyikapi keraguan Tuan Sorba Dijulu, Pinta Haomasan menyampaikan ia rela berangkat ke Huta Sibabiat untuk membujuk Tamba Tua agar bersedia hadir ke Lumban Hariara menemui Tuan Sorba Dijulu dan Bolon Tua. Tetapi terhadap Saragi Tua, Munte Tua dan Nahampun Tua, Pinta Haomasan tidak menawarkan diri untuk menjemputnya dari kampung halaman masing-masing.
“Pinta Haomasan tidak menawarkan diri menjemput Saragi Tua, Munte Tua dan Nahampun Tua di kampung halaman masing-masing, mungkin atas pertimbangan jarak dan waktu serta belum jelas keberadaannya. Lagipula, Pinta Haomasan berpikir, kunci dari seluruh persoalan yang mereka hadapi adalah Tamba Tua dan Bolon Tua.”
Setelah berpikir panjang, akhirnya Tuan Sorba Dijulu menyetujui saran Pinta Haomasan dan bahkan menjanjikan;“jika Pinta Haomasan berhasil membujuk Tamba Tua hadir di Lumban Hariara, Tuan Sorba Dijulu akan mengadakan pesta tujuh hari tujuh malam dan memotong kerbau satu ekor satu hari”. Pinta Haomasan berangkat ke Huta Sibabiat dan berhasil membujuknya Tamba Tua agar hadir di Lumban Hariara menemui Tuan Sorba Dijulu dan Bolon Tua.
Tiba dari Huta Sibabiat, Pinta Haomasan memberitahukan pada Tuan Sorba Dijulu bahwa Tamba Tua dan istrinya Boru ni Raja Malau bersedia hadir di Lumban Hariara. Mengetahui Tamba Tua dan istrinya bersedia hadir di Lumban Hariara, Tuan Sorba Dijulu riang gembira lalu menyiapkan rencana pesta tujuh hari tujuh malam sebagaimana yang dijanjikannya pada Pinta Haomasan.
Saat berlangsungnya pesta tujuh hari tujuh malam di Lumban Hariara, Pinta Haomasan menemukan ide lalu mengusulkan pada Tuan Sorba Dijulu agar membuat suatu padan yang dapat mengikat seluruh keturunan Tuan Sorba Dijulu hingga selamanya. Maka lahirlah Tona Ni Raja Nai Ambaton disela-sela berlangsungnya pesta sebagai berikut:
Dihamu sude pinompar hu, na mamukka huta di desa na ualu di tano sumba. Na manjujung baringin ni Raja Isumbaon, partomuan ni aek partomuan ni hosa, mula ni jolma tubu, mula ni jolma sorang. Asa tonahon ma tona on hu ganup pinompar mu rodi marsundut-sundut.
Asa sisada anak sisada boru ma hamu, sisada lungun, sisada siriaon. Na unang na tongka na so jadi marsibuatan hamu rodi pinomparmu na manjujung goarhu Tuan Sorba Dijulu/Raja Nai Ambaton.
Manang ise hamu di pinomparhu na mangalaosi tona on. Hu hau ma sitabaon, hu tao ma sinongnongon, hu harangan ma situtungon. Sai horas ma hamu sude pinomparhu na mangoloi tona on.
Pesta tujuh hari tujuh malam di Lumban Hariara jadi awal mula perdamaian antara Tamba Tua dan Bolon Tua, namun tidak membahas kesulungan sebagaimana yang pernah mereka pertentangkan. Selesai pesta, Tamba Tua dan istrinya kembali lagi ke Huta Sibabiat.
Tona yang patrikan Tuan Sorba Dijulu tersebut ampuh memperlunak sikap masing-masing keturunannya dikemudian hari, hingga hubungan diantara mereka cair secara perlahan dan berangsur, walau menyisakan sedikit ganjalan dihati masing-masing. Tona ni Raja Nai Ambaton satu-satunya hukum adat yang pertama dalam tradisi Batak. Dimasa berikutnya, Tona ni Raja Nai Ambaton dicontoh leluhur rumpun marga Batak lainnya dengan judul yang berbeda.
Keberhasilan Tuan Sorba Dijulu mempersatukan keturunannya yang sempat bercerai berai menuai pujian masyarakat pada masanya hingga melahirkan julukan Raja Nabolon bagi Tuan Sorba Diluju. Julukan Raja Nabolon paralel dengan sebutan ama ni Bolon dikala muda. Dengan demikian, genaplah gelar Ambaton/Si Ambaton sebagai berikut: *Tuan Sorba Dijulu/Raja Nai Ambaton/Raja Nabolon*.
Comments
Post a Comment